1.
Pengertian Pendekatan Pembelajaran
Mendefinisikan
pendekatan pembelajaran perlu dipahami arti dan masing-masing kalimat tersebut. Pendekatan
dapat diartikan sebagai proses, perbuatan, atau cara untuk mendekati sesuatu.
Sedangkan pembelajaran merupakan usaha sadar dan disengaja oleh guru untuk
membuat siswa belajar dengan tujuan mengaktifkan faktor intern dan faktor
ekstern dalam kegiatan belajar mengajar atau pembelajaran dapat juga mengandung
pengertian, bagaimana para guru mengajarkan sesuatu kepada peserta didik,
tetapi di samping itu juga terjadi peristiwa bagaimana peserta didik
mempelajarinya”.
Berdasarkan pengertian
pendekatan dan pembelajaran tersebut dapat disimpulkan bahwa, pendekatan
pembelajaran merupakan cara kerja mempunyai sistem untuk memudahkan pelaksanaan
proses pembelajaran dan membelajarkan siswa guna membantu dalam mencapai tujuan
yang telah ditetapkan atau Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai
suatu cara pandang tentang fokus dan strategi pembelajaran yang dapat dijadikan
kerangka acuan dalam praktik pembelajaran. Hal ini sesuai pendapat Wahjoedi
(1999 121) bahwa, “pendekatan pembelajaran adalah cara mengelola kegiatan
belajar dan perilaku siswa agar ia dapat aktif melakukan tugas belajar sehingga
dapat memperoleh hasil belajar secara optimal”. Menurut Syaifuddin Sagala
(2005: 68) bahwa, “Pendekatan pembelajaran merupakan jalan yang akan ditcmpuh
oleh guru dan siswa dalam mencapai tujuan instruksional untuk suatu satuan
instruksional tertentu”.
Interaksi dalam
pembelajaran adalah bagaimana cara guru dapat meningkatkan motivasi belajar
dari siswa. Hal ini berkaitan dengan strategi apa yang dipakai oleh guru,
bagaimana guru melakukan pendekatan terhadap siswanya. Dalam sebuah
pembelajaran yang baik guru berperan sebagai pembimbing dan fasilitator. Dalam
peranannya sebagai pembimbing, guru berusaha menghidupkan dan memberikan
motivasi agar terjadi proses interaksi yang kondusif. Guru sebagai fasilitator,
guru berusaha memberikan fasilitas yang baik melalui pendekatan-pendekatan yang
dilakukan.
Dilihat
dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua
jenis pendekatan, yaitu:
- Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach), dimana pada pendekatan jenis ini guru melakukan pendekatan dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran, dan
- Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach), dimana pada pendekatan jenis ini guru menjadi subjek utama dalam proses pembelajaran.
2. Fungsi Pendekatan dalam Pembelajaran
Fungsi pendekatan bagi
suatu pembelajaran adalah :
1. Sebagai pedoman umum dalam menyusun langkah-langkah metode pembelajaran
yang akan digunakan.
2. Memberikan garis-garis rujukan untuk perancangan pembelajaran.
3. Menilai hasil-hasil pembelajaran yang telah dicapai.
5. Menilai hasil penelitian dan pengembangan yang telah dilaksanakan.
3. Jenis-Jenis Pendekatan dalam Pembelajaran
1. Pendekatan Individual
Pendekatan individual
adalah suatu pendekatan yang melayani perbedaan-perbedaan perorangan siswa
sedemikian rupa, sehingga dengan penerapan pendekatan individual memungkinkan
berkembangnya potensi masing-masing siswa secara optimal. Dasar pemikiran dari pendekatan
individual ini ialah adanya pengakuan terhadap perbedaan individual
masing-masing siswa. Sebagai individu anak mempunyai kebutuhan dasar baik fisik
maupun kebutuan anak untuk diakui sebagai pribadi, kebutuhan untuk dihargai dan
menghargai orang lain, kebutuhan rasa aman, dan juga sebgai makhluk sosial,
anak mempunyai kebutuhan untuk menyesuaikan dengan lingkungan baik dengan
temannya ataupun dengan guru dan orang tuanya.
Pendekatan individual
merupakan pendekatan langsung dilakukan guru terhadap anak didiknya untuk
memecahkan kasus anak didiknya tersebut. Pendekatan individual mempunyai arti
yang sangat penting bagi kepentingan pengajaran. Pengelolaan kelas sangat
memerlukan pendekatan individual ini. Pemilihan metode tidak bisa begitu saja
mengabaikan kegunaan pendekatan individual, sehingga guru dalam melaksanakan
tugasnya selalu saja melakukan pendekatan individual terhadap anak didik di
kelas. Persoalan kesulitan belajar anak lebih mudah dipecahkan dengan
menggunakan pendekatan individual, walaupun suatu saat pendekatan kelompok
diperlukan.
Pembelajaran individual
merupakan salah satu cara guru untuk membantu siswa membelajarkan siswa,
membantu merencanakan kegiatan belajar siswa sesuai dengan kemampuan dan daya
dukung yang dimiliki siswa. Pendekatan individual akan melibatkan hubungan yang
terbuka antara guru dan siswa, yang bertujuan untuk menimbulkan perasaan bebas
dalam belajar sehingga terjadi hubungan yang harmonis antara guru dengan siswa
dalam belajar. Untuk mencapai hal itu, guru harus melakukan hal berikut ini;
a) mendengarkan secara simpati dan menanggapi secara positif pikiran anak
didik dan membuat hubungan saling percaya.
b) membantu anak didik dengan pendekatn verbal dan non-verbal.
c) membantu anak didik tanpa harus mendominasi atau mengambil alih tugas.
d) menerima perasaan anak didik sebagaimana adanya atau menerima perbedaannya
dengan penuh perhatian.
e) menanggani anak didik dengan memberi rasa aman, penuh pengertian, bantuan,
dan mungkin memberi beberapa alternatif pemecahan.
Ciri-ciri pendekatan
individual :
- Guru melakukan pendekatan secara pribadi kepada setiap siswa di kelas dan memberikan kesempatan kepada anak didik sebagai individu untuk akatif, kreatif, dan mandiri dalam belajar.
- Guru harus peka melihat perbedaan sifat-sifat dari semua anak didik secara individual.
- Guru lebih berperan sebagai fasilitator dan pembimbing di kelas. Para peserta didik dapat lebih terkontrol mengenai, bagaimana dan apa yang mereka pelajari.
- Guru harus mampu mennyajikan pelajaran yang menarik di depan kelas. Menarik dalam pengertian mengasyikkan, mudah ditangkap dan dipahami serta tidak membosankan siswa. Pengajaran individual dilakukan untuk membantu siswa dalam menuntaskan belajar mereka.
Oleh karena itu,
pendekatan individual dapat mengefektifkan proses belajar mengajar, interaksi
guru dan siswa berjalan dengan baik, dan terjadinya hubungan pribadi yang
menyenangkan antara siswa dan guru. Secara tidak langsung hal yang disebut
diatas merupakan keuntungan dari pengajaran dengan pendekatan individual.
Keuntungan dari pengajaran pendekatan individual yaitu:
- memungkin siswa yang lama dapat maju menurut kemampuannya masing-masing secara penuh dan tepat,
- mencegah terjadinya ilusi dalam kemajuan tetapi bersifat nyata melalui diskusi kelompok,
- mengarahkan perhatian siswa terhadap hasil belajar perorangan,
- memusatkan pengajaran terhadap mata ajaran dan pertumbuhan yang bersifat mendidik, bukan kepada tuntutan-tuntutan guru,
- memberi peluang siswa untuk maju secara optimal dan mengembangkan kemampuan yang dimilikinya,
- latihan-latihan tidak diperlukan bagi anak yang cerdas, karena dapat menimbulkan kebiasaan dan merasa puas dengan hasil belajar yang ada,
- menumbuhkan hubungan pribadi yang menyenangkan siswa dan guru,
- memberi kesempatan bagi para siswa yang pandai untuk melatih inisiatif berbuat yang lebih baik,
- mengurangi hambatan dan mencegah eliminasi terhadap para siwa yang tergolong lamban.
Sedangkan kelemahan
pembelajaran pendekatan individual sebagai berikut dapat dilihat secara umum
dan khusus. Kelemahan secara umum:
a) proses pembelajaran relative memakan banyak waktu sesuai dengan jumlah
bahan yang dihadapi dan jumlah peserta didik.
b) Motivasi siswa mungkin sulit dipertahankan karena perbedaan-perbedaan
individual yang dimiliki oleh peserta didik sehingga dapat membuat beberapa
siswa rendah diri/minder dalam pembelajaran.
c) Adanya penggunaan pasangan guru dan siswa dalam manajemen kelas regular
secara perorangan, sehingga terjadi kemungkinan sebagaian peserta didik tidak
dapat dikelola dengan baik.
d) Guru-guru yang sudah terbiasa dengan cara-cara lama akan mengalami hambatan
untuk menyelenggarakan pendekatan ini karena menuntut kesabaran dan penguasaan
materi secara lebih luas dan menyeluruh.
2.
Pendekatan Kelompok
pendekatan
secara kelompok, yaitu bimbingan yang dilaksanakan secara kelompok terhadap
sejumlah individu sekaligus sehingga beberapa orang atau individu sekaligus
dapat menerima bimbingan yang dimaksudkan.
Bimbingan
klompok dilaksanakan jika masalah yang dihadapi beberapa murid relatif
mempunyai kesamaan atau saling mempunyai hubungan serta mereka mempunyai
kesediaan untuk dilayani secara kelompok. Oleh karana itu, selain masalah yang
timbul tersebut dihaapi oleh banyak murid, faktor kesedian klien itu sendiri
akan ikut menentukan bentuk layanan kelompok. Bimbingan klompok memang akan
efektif sepanjang memenuhi persyaratan tersebut. Selain itu, bimbingan klompok
sering dilakukan dalam rangka usaha-usaha yang bersifat preventif.
Pendekatan kelompok
memang suatu waktu diperlukan dan pelu digunakan untuk membina dan
mengembangkan sikap sosial anak didik. Hal ini disadari bahwa anak didik adalah
sejenis makhluk homo secius, yakni makhluk yang berkecendrungan untuk hidup
bersama.Dengan pendekatan kelompok, diharapkan dapat menumbuhkembangkan rasa
sosial yang tinggi pada diri setiap anak didik. Mereka dibina untuk
mengendalikan rasa egois yang ada dalam diri mereka masing-masing, sehingga
terbina sikap kesetiakawanan sosial dikelas. Tentu saja sikap ini pada hal-hal
yang baik saja. Mereka sadar bahwa hidup ini saling ketergantungan, seperti
ekosistem dalam mata rantai kehidupansemua makhluk hidup di dunia. Tidak ada
makhluk hidup yang terus menerus berdiri sendiri tanpa keterlibatan makhluk
lain, langsung atau tidak langsung, disadari atau tidak, makhluk lain itu ikut
ambil bagian dalam kehidupan makhluk tertentu.
Anak didik dibiasakan
hidup bersama, bekerja sama dalam kelompok, akan menyadari bahwa dirinya ada
kekurangan dan kelebihan. Yang mempunyai kelebihan dengan ikhlas mau membantu
mereka yang memponyai kekurangan. Sebaliknya, mereka yang mempunyai kekurangan
dengan rela hati mau belajar dari mereka yang mempunyai kelebihan. Tanpa ada
rasa minder. Persaingan yang positif pun terjadi dikelas dalam rangka untuk
mencapai prestasi belajr yang optimal. Inilah yang diharapkan, yakni anak didik
yang aktif, kreatif, dan mandiri.
Ketika guru akan
menggunakan pendekatan kelompok, maka guru harus sudah mempertimbangkan bahwa
hal itu tidak bertentangan dengan tujuan, fasilitas belajar pendukung, metode
yang akan dipakai sudah dikuasai, dan bahan yang akn diberikan kepada anak
didik memang cocok didekati dengan pendekatan kelompok. Karena itu, pendekatan
kelompok tidak bisa dilakukan secara sembarangan, tetapi harus mempertimbangkan
hah-hal yang ikut mempengaruhi penggunaannya.
3. Pendekatan Bervariasi
Permasalahan yang
dihadapi oleh setiap anak didik bervariasi, maka pendekatan yang digunakan pun
akan lebih tepat dengan pendekatan bervariasi pula. Pendekatan bervariasi
bertolak dari konsepsi bahwa permasalahan yang dihadapi oleh setiap anak didik
dalam belajar bermacam-macam. Kasus yang biasanya muncul dalam penagajaran
dengan berbagai motif, sehingga diperlukan variasi teknik pemecahan untuk
setiap kasus. Maka kiranya pendekatan bervariasi ini sebagai alat yang dapat
guru gunakan untuk kepentingan pengajaran.
Dalam mengajar, guru
yang hanya menggunakan satu metode biasanya sukar menciptakan suasana kelas
yang kondusif dalam waktu yang relatif lama. Bila terjadi perubahan suasana
kelas, sulit menormalkannya kembali. Ini sebagai ada tandanya gangguan dalam
proses belajar mengajar. Akibatnya, jalannya pelajaran menjadi kurang efektif,
efisiensi, dan efektivitas pencapaian tujuan pun jadi terganggu. Disebabkan
anak didik kurang mampu berkonsentrasi.metode yang hanya satu-satunya
dipergunakan tidak dapat diperankan, karena memang gangguan itu terpangkal dari
kelemahan metode tersebut. Karena itu, dalam mengajar kebanyakan guru
menggunakan beberapa metode dan jarang sekali menggunakan satu metode.
4. Pendekatan Edukatif
Pendekatan yang benar bagi
pendidik adalah dengan pendekatan
edukatif. Setiap tindakan, sikap dan perbuatan yang guru lakukan harus bernilai pendidikan, dengan tujuan
untuk mendidik anak didik agar
menghargai norma hukum, norma susila,
norma sosial dan norma agama. Dengan tujuan meletakkan dan membina watak
anak didik dengan pendidikan
akhlak yang mulia. Membimbing anak didik bagaimana cara memimpin kawan-kawannya
dan anak-anak lainnya, membina bagaimana cara menghargai orang lain dengan cara
mematuhi semua perintah yang bernilai kebaikan.
Jadi pendekatan edukatif adalah suatu pendekatan yang dilakukan guru terhadap anak didik yang bernilai pendidikan dengan tujuan
untuk mendidik anak didik agar
menghargai norma hukum, norma susila, norma moral, norma sosial dan norma
agama. Misalnya ketika lonceng tanda masuk kelas telah berbunyi, anak-anak
jangan dibiarkan masuk dulu, tetapi mereka disuruh berbaris di depan pintu
masuk dan ketua kelas diperintahkan untuk mengatur barisan, dan anak-anak
berbaris dalam kelompok sejenisnya. Kemudian guru berdiri sambil
mengontrol mereka. semuanya dipersilahkan masuk kelas satu persatu menyalami
guru dan mencium tangan guru sebelum dilepas. Akhirnya semua anak masuk dan
pelajaran pun dimulai.
5. Pendekatan Keagamaan
Pendidikan
dan pelajaran disekolah tidak hanya memberikan satu atau dua macam mata
pelajaran, tetapi terdiri dari banyak mata pelajaran.dalam prateknya tidak
hanya digunakan satu, tetapi bisa juga penggabungan dua atau lebih
pendekatan.Dengan penerapan prinsip-prinsip mengajar seperti prinsip korelasi
dan sosialisasi, guru dapat menyisipkan pesan-pesan keagamaan untuk semua mata
pelajaran.khususnya untuk mata pelajaran umum sangat penting dengan pendekatan
keagamaan.
Mata
pelajaran umum sangat berkepentingan dengan pendekatan keagamaan. Hal ini dimaksudkan agar nilai budaya ilmu
itu tidak sekuler, tetapi menyatu dengan nilai agama. Dengan penerapan prinsip-prinsip mengajar seperti
prinsip korelasi dan sosialisasi, pendidik dapat menyisipkan pesan-pesan keagamaan
untuk semua mata pelajaran umum. Tentu saja pendidik harus menguasai
ajaran-ajaran agama yang sesuai dengan mata pelajaran yang dipegang. Mata pelajaran biologi, misalnya,
bukan terpisah dari masalah agama,tetapi ada hubunganya.
Pendekatan
keagamaan adalah pendekatan
yang memasukkan unsur-unsur agama dalam setiap mata pelajaran dan untuk
menanamkan jiwa agama kepada dalam diri siswa. Pendekatan agama dapat membantu
guru untuk memperkecil rendahnya jiwa agama didalam diri siswa, agar
nilai-nilai agamanya tidak dicemoohkan dan dilecehkan, tetapi diyakini,
dipahami,dihayati dan diamalkan siswa.
6.
Pendekatan Kebermaknaan
Dalam rangka penguasaan bahasa asing guru tidak bisa
mengabaikan masalah pendekatan yang harus digunakan dalam proses belajar
mengajar. Salah satu sebab kegagalan penguasaan bahasa asing oleh siswa, adalah
kurang tepatnya pendekatan yang digunakan oleh guru selain faktor lain seperti
faktor sejarah, fasilitas, lingkungan serta kompetensi guru. Kegagalan
pengajaran tersebut tentu saja tidak boleh dibiarkan begitu saja, karena akan
menjadi masalah bagi siswa dalam setiap jenjang pendidikan yang dimasukinya. Karenanya
perlu dipecahkan. Salah satu alternatif ke arah pemecahan masalah tersebut
diajukanlah pendekatan baru, yaitu pendekatan kebermaknaan.
Beberapa
konsep penting yang berkaitan dengan pendekatan ini diuraikan sebagai berikut:
1. Bahasa merupakan alat untuk mengungkapkan makna yang diwujudkan malalui struktur (tata bahasa dan kosa kata). Dengan demikian, struktur berperan sebagai alat pengungkapan makna (gagasan, pikiran, pendapat, dan perasaan).
1. Bahasa merupakan alat untuk mengungkapkan makna yang diwujudkan malalui struktur (tata bahasa dan kosa kata). Dengan demikian, struktur berperan sebagai alat pengungkapan makna (gagasan, pikiran, pendapat, dan perasaan).
2. Makna
ditentukan oleh lingkup kebahasaan maupun lingkup situasi yang merupakan konsep
dasar dalam pendekatan kebermaknaan pengajaran bahasa yang natural, didukung
oleh pemahaman lintas budaya.
3. Makna
dapat diwujudkan melalui kalimat yang berbeda, baik secara lisan maupun
tertulis. Suatu kalimat dapat mempunyai makna yang berbeda tergantung pada
situasi saat kalimat itu digunakan. Jadi keragaman ujaran diakui keberadaannya
dalam bentuk bahasa lisan atau tertulis.
4. Belajar
bahasa asing adalah belajar berkomunikasi melalui bahasa tersebut sebagai
bahasa sasaran baik secara lisan maupun tertulis. Belajar berkomunikasi ini
perlu didukung oleh pembelajaran unsur-¬unsur bahasa sasaran.
5. Motivasi
belajar peserta didik merupakan faktor utama yang menentukan keberhasilan
belajamya. Kadar motivasi ini banyak ditentukan oleh kadar kebermaknaan bahan
pelajaran dan kegiatan pembelajaran yang diikuti peserta didik. Dengan kata
lain, kebermaknaan bahan pelajaran dan kegiatan pembelajaran memiliki peranan
yang amat penting dalam keberhasilan belajar peserta didik.
6. Bahan
pelajaran dan kegiatan pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi peserta didik
jika berhubungan dengan pengalaman, minat, tata nilai, dan masa depannya.
Karena itu, pengalaman peserta didik dalam lingkungan, minat, tata nilai, dan
masa depannya harus dijadikan pertimbangan dalam pengambilan keputusan
pengajaran dan pembelajaran untuk membuat pelajaran lebih bermakna bagi siswa.
7. Dalam
proses belajar-mengajar, peserta didik merupakan subjek utama, bukan sebagai
objek belaka. Karena itu, ciri-ciri dan kebutuhan mereka harus dipertimbangkan
dalam segala keputusan yang terkait dengan pengajaran.
8. Dalam
proses belajar-mengajar guru berperan sebagai fasilitator yang membantu siswa
mengembangkan keterampilan berbahasanya. Akhimya, perlu diikhtisarkan bahwa ada
berbagai pendekatan yang dapat dipergunakan dalam pendidikan dan pengajaran,
yaitu pendekatan individual, pendekatan kelompok, pendekatan bervariasi,
pendekatan edukatif pendekatan pengalaman, pendekatan pembiasaan, pendekatan
emosional, pendekatan rasional, pendekatan fungsional, pendekatan keagamaan,
dan pendekatan kebermaknaan.
4.
Tipe-tipe pendekatan
a. Pendekatan Kontekstual
Pendekatan kontekstual
sudah lama dikembangkan oleh John Dewey pada tahun 1916, yaitu sebagai filosofi
belajar yang menekankan pada pengembangan minat dan pengalaman siswa.
Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) dikembangkan oleh The
Washington State Consortium for Contextual Teaching and Learning, yang
bergerak dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat.
Pendekatan kontekstual
lahir karena kesadaran bahwa kelas-kelas di Indonesia tidak produktif.
Sehari-hari kelas-kelas di sekolah diisi dengan “pemaksaan” terhadap siswa
untuk belajar dengan cara menerima dan menghafal. Harus segera ada pilihan
strategi pembelajaran yang lebih berpihak dan memberdayakan siswa.
Adapun yang melandasi
pengembangan pendekatan kontekstual adalah konstruktivisme, yaitu filosofi
belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal. Siswa
harus mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri. Bahwa pengetahuan
tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta atau proposisi yang terpisah, tetapi
mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan. Konstruktivisme berakar pada
filsafat pragmatisme yang digagas oleh John Dewey pada awal abad 20 yang lalu.
Ada kecenderungan
dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika
lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami
apa yang dipelajarinya, bukan sekedar mengetahuinya. Sebab, pembelajaran yang
berorientasi target penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi
mengingat jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan
dalam kehidupan jangka panjang. Inilah yang terjadi pada kelas-kelas di sekolah
Indonesia dewasa ini. Hal ini terjadi karena masih tertanam pemikiran bahwa
pengetahuan dipandang sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihapal, kelas
berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, akibatnya ceramah
merupakan pilihan utama strategi mengajar.
Pendekatan konstektual
merupakan pendekatan yang membantu guru mengaitkan antara materi yang
diajarkanya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan
mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Pendekatan kontekstual sendiri
dilakukan dengan melibatkan komponen-komponen pembelajaran yang efektif yaitu
konstruktivisme, bertanya, menemukan, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi,
penilaian sebenarnya.
Dalam pengajaran
kontekstual memungkinkan terjadinya lima bentuk belajar yang penting, yaitu :
1.
Mengaitkan adalah strategi yang paling hebat dan merupakan inti
konstruktivisme. Guru menggunakan strategi ini ketia ia mengkaitkan konsep baru
dengan sesuatu yang sudah dikenal siswa. Jadi dengan demikian, mengaitkan apa
yang sudah diketahui siswa dengan informasi baru.
2.
Mengalami merupakan inti belajar kontekstual dimana mengaitkan berarti
menghubungkan informasi baru dengan pengalaman maupun pengetahui sebelumnya.
Belajar dapat terjadi lebih cepat ketika siswa dapat memanipulasi peralatan dan
bahan serta melakukan bentuk-bentuk penelitian yang aktif.
3.
Menerapkan. Siswa menerapkan suatu konsep ketika ia malakukan kegiatan
pemecahan masalah. Guru dapet memotivasi siswa dengan memberikam latihan yang
realistic dan relevan.
4.
Kerjasama. Siswa yang bekerja secara individu sering tidak membantu
kemajuan yang signifikan. Sebaliknya, siswa yang bekerja secara kelompok sering
dapat mengatasi masalah yang komplek dengan sedikit bantuan.Pengalaman
kerjasama tidak hanya membanti siswa mempelajari bahan ajar, tetapi konsisten
dengan dunia nyata.
5.
Mentransfer. Peran guru membuat bermacam-macam pengelaman belajar dengan
focus pada pemahaman bukan hapalan
b. Pendekatan
Konstruktivisme
Pendekatan
konstruktivisme merupakan pendekatan dalam pembelajaran yang lebih menekankan
pada tingkat kreatifitas siswa dalam menyalurkan ide-ide baru yang dapat
diperlukan bagi pengembangan diri siswa yang didasarkan pada pengetahuan.
Pada dasarnya
pendekatan konstruktivisme sangat penting dalam peningkatan dan pengembangan
pengetahuan yang dimiliki oleh siswa berupa keterampilan dasar yang dapat
diperlukan dalam pengembangan diri siswa baik dalam lingkungan sekolah maupun
dalam lingkungan masyarakat.
Dalam pendekatan
konstruktivisme ini peran guru hanya sebagai pembimbing dan pengajar dalam
kegiatan pembelajaran. Olek karena itu , guru lebih mengutamakan keaktifan
siswa dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyalurkan ide-ide baru
yang sesuai dengan materi yang disajikan untuk meningkatkan kemampuan siswa
secara pribadi.
Jadi pendekatan
konstruktivisme merupakan pembelajaran yang lebih mengutamakan pengalaman
langsung dan keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Secara umum yang
disebut konstruktivisme menekankan kontribusi seseorang pembelajar dalam
memberikan arti, serta belajar sesuatu melalui aktivitas individu dan sosial.
Tidak ada satupun teori belajar tentang konstruktivisme, namun terdapat
beberapa pendekatan konstruktivis, misalnya pendekatan yang khusus dalam
pendidikan matematik dan sains. Beberapa pemikir konstruktivis seperti Vigotsky
menekankan berbagi dan konstruksi sosial dalam pembentukan pengetahuan
(konstruktivisme sosial); sedangkan yang lain seperti Piaget melihat konstruksi
individu lah yang utama (konstruktivisme individu).
Ciri-ciri pendekatan
konstruktivisme
1.
Dengan adanya pendekatan konstruktivisme, pengembangan pengetahuan bagi
peserta didik dapat dilakukan oleh siswa itu sendiri melalui kegiatan
penelitian atau pengamatan langsung sehingga siswa dapat menyalurkan ide-ide
baru sesuai dengan pengalaman dengan menemukan fakta yang sesuai dengan kajian
teori.
2.
Antara pengetahuan-pengetahuan yang ada harus ada keterkaitan dengan
pengalaman yang ada dalam diri siswa.
3.
Setiap siswa mempunyai peranan penting dalam menentukan apa yang mereka
pelajari. Peran guru hanya sebagai pembimbing dengan menyediakan materi atau
konsep apa yang akan dipelajari serta memberikan peluang kepada siswa untuk
menganalisis sesuai dengan materi yang dipelajari.
c. Pendekatan Deduktif
Pendekatan deduktif (deductive
approach) adalah pendekatan yang menggunakan logika untuk menarik satu atau
lebih kesimpulan (conclusion) berdasarkan seperangkat premis yang
diberikan. Dalam sistem deduktif yang kompleks, peneliti dapat menarik lebih
dari satu kesimpulan. Metode deduktif sering digambarkan sebagai pengambilan
kesimpulan dari sesuatu yang umum ke sesuatu yang khusus.
Pendekatan deduktif
merupakan proses penalaran yang bermula dari keadaan umum ke keadaan khusus,
sebagai pendekatan pengajaran yang bermula dengan menyajikan aturan, prinsip
umum dan diikuti dengan contoh-contoh khusus atau penerapan aturan, prinsip
umum ke dalam keadaan khusus.
d. Pendekatan Induktif
Berbeda dengan
pendekatan deduktif yang menyimpulkan permasalahan dari hal-hal yang bersifat
umum, maka pendekatan induktif (inductif approach) menyimpulkan
permasalahan dari hal-hal yang bersifat khusus.. Metode induktif sering
digambarkan sebagai pengambilan kesimpulan dari sesuatu yang umum ke sesuatu
yang khusus.
Pendekatan induktif
menekanan pada pengamatan dahulu, lalu menarik kesimpulan berdasarkan
pengamatan tersebut. Metode ini sering disebut sebagai sebuah pendekatan
pengambilan kesimpulan dari khusus menjadi umum. Pendekatan induktif merupakan
proses penalaran yang bermula dari keadaan khusus menuju keadaan umum.
e. Pendekatan Konsep
Pendekatan konsep
adalah pendekatan yang mengarahkan peserta didik meguasai konsep secara benar
dengan tujuan agar tidak terjadi kesalahan konsep (miskonsepsi).. Konsep
merupakan struktur mental yang diperoleh dari pengamatan dan pengalaman.
Pendekatan Konsep
merupakan suatu pendekatan pengajaran yang secara langsung menyajikan konsep
tanpa memberi kesempatan kepada siswa untuk menghayati bagaimana konsep itu
diperoleh.
Ciri-ciri suatu konsep
adalah:
1.
Konsep memiliki gejala-gejala tertentu
2.
Konsep diperoleh melalui pengamatan dan pengalaman langsung
3.
Konsep berbeda dalam isi dan luasnya
4.
Konsep yang diperoleh berguna untuk menafsirkan pengalaman-pengalaman
5.
Konsep yang benar membentuk pengertian
6.
Setiap konsep berbeda dengan melihat ciri-ciri tertentu
Kondisi-kondisi yang
dipertimbangkan dalam kegiatan belajar mengajar dengan pendekatan konsep
adalah:
1.
Menanti kesiapan belajar, kematangan berpikir sesuai denaan unsur
lingkungan.
2.
Mengetengahkan konsep dasar dengan persepsi yang benar yang mudah dimengerti.
3.
Memperkenalkan konsep yang spesifik dari pengalaman yang spesifik pula
sampai konsep yang komplek.
4.
Penjelasan perlahan-lahan dari yang konkret sampai ke yang abstrak.
Langkah-langkah
mengajar dengan pendekatan konsep melalui 3 tahap yaitu,
1.
Tahap enaktik
Tahap enaktik dimulai
dari:
a.
Pengenalan benda konkret.
b.
Menghubungkan dengan pengalaman lama atau berupa pengalaman baru.
c.
Pengamatan, penafsiran tentang benda baru.
2.
Tahap simbolik
Tahap simbolik siperkenalkan
dengan: Simbol, lambang, kode, seperti angka, huruf. kode, seperti (?=,/) dll.
Membandingkan antara contoh dan non-contoh untuk menangkap apakah siswa cukup
mengerti akan ciri-cirinya. Memberi nama, dan istilah serta defenisi.
3.
Tahap ikonik
Tahap ini adalah tahap
penguasaan konsep secara abstrak, seperti: Menyebut nama, istilah, definisi,
apakah siswa sudah mampu mengatakannya.
f.
Pendekatan Proses
Pendekatan proses
merupakan pendekatan pengajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menghayati proses penemuan atau penyusunan suatu konsep sebagai suatu
keterampilan proses.
Pendekatan proses
adalah pendekatan yang berorientasi pada proses bukan hasil. Pada pendekatan
ini peserta didik diharapkan benar-benar menguasai proses. Pendekatan ini
penting untuk melatih daya pikir atau mengembangkan kemampuan berpikir dan
melatih psikomotor peserta didik. Dalam pendekatan proses peserta didik juga
harus dapat mengilustrasikan atau memodelkan dan bahkan melakukan percobaan.
Evaluasi pembelajaran yang dinilai adalah proses yang mencakup kebenaran cara
kerja, ketelitian, keakuratan, keuletan dalam bekerja dan sebagainya.
g. Pendekatan Sains, Teknologi, dan Masyarakat
Pendekatan Science,
Technology and Society (STS) atau pendekatan Sains, Teknologi dan Masyarakat
(STM) merupakan gabungan antara pendekatan konsep, keterampilan proses, Inkuiri
dan diskoveri serta pendekatan lingkungan.
Istilah Sains Teknologi
Masyarakat (STM) dalam bahasa Inggris disebut Sains Technology Society (STS),
Science Technology Society and Environtment (STSE) atau Sains Teknologi
Lingkungan dan Masyarakat. Meskipun istilahnya banyak namun sebenarnya intinya
sama yaitu Environtment, yang dalam berbagai kegiatan perlu ditonjolkan.
Sains Teknologi Masyarakat (STM) merupakan pendekatan terpadu antara sains,
teknologi, dan isu yang ada di masyarakat. Adapun tujuan dari pendekatan STM
ini adalah menghasilkan peserta didik yang cukup memiliki bekal pengetahuan,
sehingga mampu mengambil keputusan penting tentang masalah-masalah dalam
masyarakat serta mengambil tindakan sehubungan dengan keputusan yang telah
diambilnya.
Filosofi yang mendasari
pendekatan STM adalah pendekatan konstruktivisme, yaitu peserta didik menyusun
sendiri konsep-konsep di dalam struktur kognitifnya berdasarkan apa yang telah
mereka ketahui.
Kesimpulan Pendekatan Pembelajaran
pendekatan pembelajaran
merupakan cara kerja mempunyai sistem untuk memudahkan pelaksanaan proses
pembelajaran dan membelajarkan siswa guna membantu dalam mencapai tujuan yang
telah ditetapkan atau Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu
cara pandang tentang fokus dan strategi pembelajaran yang dapat dijadikan
kerangka acuan dalam praktik pembelajaran.
Jenis-jenis pendekatan
dalam pembelajaran
a.
Pendekatan individual
b.
Pendekatan kelompok
c.
Pendekatan bervariasi
d.
Pendekatan edukatif
e.
Pendekatan keagamaan
f.
Pendekatan kebermaknaan
Tipe-tipe pendekatan
pembelajaran:
a.
Pendekatan Pembelajaran Kontekstual
b.
Pendekatan Pembelajaran Konstruktivisme
c.
Pendekatan Pembelajaran Deduktif
d.
Pendekatan Pembelajaran Induktif
e.
Pendekatan Pembelajaran Proses
f.
Pendekatan Pembelajaran Konsep
g.
Pendekatan Pembelajaran Sains, Teknologi dan Masyarakat
Tujuan pembelajaran
dapat dicapai maka perlu dibuat program pembelajaran yang baik dan benar.
Program pembelajaran merupakan macam kegiatan yang menjabarkan kemampuan dasar
dan teori pokok secara rinci yang memuat metode pembelajaran, alokasi waktu,
indikator pencapaian hasil belajar dan langkah-langkah kegiatan pembelajaran
dari setip pokok mata pelajaran. Sistem dan pendekatan pembelajaran dibuat
karena adanya kebutuhan akan sistem dan pendekatan tersebut untuk meyakinkan
yaitu adanya kebutuhan untuk belajar dan siswa belum.
mengetahui apa yang
akan diajarkan. Oleh karena itu, guru menetapkan hasil-hasil belajar atau
tujuan apa yang diharapkan akandicapai.
0 komentar:
Posting Komentar